Sumpang Labbu, Ikon Tersembunyi di Kabupaten Bone
Sumpang Labbu/ Edy Arsyad (www.edyarsyad.com) |
Bagi pelintas jalan poros Bone–Maros, pemandangan sebuah terowongan batu di Desa Liliriawang, Kecamatan Bengo, Kabupaten Bone, tentu bukan hal asing.
Terowongan itu dikenal dengan nama Sumpang Labbu , dulunya disebut Batu Goroe atau Batu Massebboe , yang berarti batu berlubang.
Keberadaan terowongan ini bukan sekadar jalur transportasi, melainkan juga ikon Kabupaten Bone. Lokasinya kerap menjadi tempat peristirahatan pengendara.
Sebuah gazebo dibangun di atas terowongan, menyediakan ruang singgah bagi masyarakat. Tak jarang pula, pengunjung mengabadikan momen dengan latar terowongan batu yang unik tersebut.
Jejak Sejarah di Masa Kolonial
Menurut penuturan warga sekitar, terowongan batu ini dibuat pada masa pemerintahan Belanda. Bertujuan untuk membuka akses jalan poros Bone–Maros yang terhalang batu besar.
Solusinya adalah melubangi batu tersebut dengan cara dipahat. Hingga kini, bekas pahatan masih terlihat jelas di dinding terowongan.
Camat Bengo, Anwar, menuturkan bahwa sejarah pasti kapan terowongan itu dibuat tidak tercatat. Namun, cerita turun-temurun menyebutkan pengerjaannya dilakukan oleh warga pribumi di bawah Arah Belanda.
“Dahulunya bernama Batu Goroe atau Batu Massebboe.Namun seiring berjalannya waktu, berubah menjadi Sumpang Labbu,” kata Anwar, Selasa (6/11/2012) dikutip dari wwww.edyarsyad.com .
Nama Sumpang Labbu sendiri berasal dari dua kata: sumpang yang berarti jalan, dan labbu yang berarti debu.
Penamaan itu Merujuk pada lokasi sekitar 50 meter dari terowongan yang dahulu menjadi tempat pembuatan kapur, sehingga menimbulkan debu di sekitarnya.
Potensi Wisata yang Menanti Sentuhan
Secara fisik, terowongan batu ini memiliki panjang sekitar 8 meter, dengan tinggi dan lebar masing-masing 5 meter. Kendaraan dengan muatan lebih dari lima meter tidak dapat melintas.
Tak heran, sopir truk sering meminta bantuan warga setempat untuk menurunkan muatannya agar bisa melewati terowongan.
Sejumlah pemuda di sekitar lokasi memanfaatkan kondisi itu dengan menawarkan jasa bongkar-muat. Biasanya, mereka bekerja dalam kelompok beranggotakan 4–8 orang.
Bussa, seorang sopir truk yang sering melintas, mengakui bahwa terowongan ini tidak hanya menjadi jalur transportasi, tetapi juga menawarkan keindahan panorama alam.
“Banyak yang singgah untuk beristirahat di terowongan atas Sumpang Labbu,” ujarnya.
Camat Bengo menambahkan, kawasan ini berpotensi besar dikembangkan sebagai destinasi wisata. Selain nilai sejarah, pemandangan perbukitan di sekitarnya memperkuat daya tarik Sumpang Labbu.
Namun, ia menilai diperlukan pembenahan dan pengelolaan yang lebih baik agar terowongan batu ini benar-benar menjadi ikon wisata Kabupaten Bone. (*)