Pun, Aku Meneteskan Air Mata
Tiba-tiba mataku sembab. Air mata mengalir begitu saja setelah membaca status adikku di BlackBerry Messenger (BBM).
Saya tahu, adikku sedang menghadapi masalah setelah memutuskan resign dari perusahaan tempatnya bekerja. Ia mencoba bangkit dengan mencari pekerjaan baru, hingga akhirnya diterima di sebuah perusahaan medical dan menjalani training.
Namun, di tengah perjalanan, ia memilih berhenti. Ia jujur mengaku tak sanggup menanggung beban tanggung jawab yang akan dipikul jika lulus training tersebut.
Padahal, saya tahu betul ia bukan tipe orang yang mudah menyerah. Sebagai kakak, saya pun menguatkannya, mengirimkan semangat agar ia tidak putus asa.
Tak lama setelah itu, sebuah status baru muncul di kontak BBM-nya. Kalimat itu membuat dadaku kembali sesak:
“Walau pun sudah tidak memiliki kedua orang tua, tetapi semoga orang tua kami bahagia melihat anaknya yang ditinggalkan untuk selamanya, saling menjaga.”
Tulisan singkat itu menampar kesadaran, betapa ia masih berusaha tegar meski kehilangan tempat bersandar.
—
Sinjai, Cafe Parley, Minggu, 15 Maret 2014