Berita Tak Sekedar Rumusan 5 W + 1 H
Menjadi salah satu peserta pelatihan jurnalistik calon Reporter Harian Fajar, memberi kesan begitu mendalam, pengalaman baru, serta membuka wawasan tentang proses jurnalistik di media mainstream, seperti Harian Fajar. Betapa tidak, sejumlah peserta, walaupun hanya berjumlah sembilan orang, termasuk saya, mendapatkan materi dari wartawan senior media tersebut.
Ruang Direksi Harian Fajar |
Bertempat diruang Direksi Harian Fajar, tempat para pembesar Harian itu mengadakan rapat. Gedung itu, ukurannya sekira 5 X 8 Meter, yang dipenuhi plakat penghargaan dari sejumlah instansi baik pemerintahan maupun swasta, organisasi, tanda tangan artis Kontes Dangdut Indonesia (KDI) yang pernah berkunjung, dan fhoto Alwi Hamu, Big Boss Fajar Group, serta lukisan Perdana Menteri Negeri Jiran, Malaysia, Tun Abdul Razak, beserta istrinya yang mengenakan baju adat Makassar. Perdana Menteri itu, masih mengalir darah bangsawan Kerajaan Gowa,terpampang diruang Direksi tersebut.
Peserta pelatihan, berasal dari berbagai latar belakang kampus, dan pengalaman. Di antaranya, Hidayat,wartawan Harian Palopo Pos, anak perusahan Fajar Group. Juga, Vonny Fransisca, Alumnus Sekolah Tinggi Tekhnologi Telkom (STT TELKOM) Bandung. Saya, Hasbi Zainuddin, serta Latifah Ulfa, Kami bertiga merupakan utusan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) LIMA Washilah UIN Alauddin Makassar.
Menjadi kewajiban peserta, hadir pukul 08.00 Wita. Tujuannya, untuk membiasakan calon reporter untuk tepat waktu. Tak hanya itu, saya dan Hasbi Zainuddin, (Reporter Magang di Harian Fajar), dikomentari masalah penampilan, terutama rambut kami yang gondrong. Menurut Uslimin, penampilan wartawan tentu menjadi penilaian tersendiri bagi narasumber, sehingga menjadi bias tersendiri bagi media yang bersangkutan, pabila penampilan reporternya yang semrawutan.
Pun, dengan Latifah Ulfa, kerap terlambat datang, bahkan sering keluar dari ruangan saat materi sedang berlangsung. Menurutnya, karena ia sedang mengalami gangguan pencernaan. hal itu menjadi penilaian tersendiri bagi Lembaga Sumber Daya Manusia (SDM) Harian Fajar.
Lucunya, saya kerap menggaruk kepala, saat bertanya kepada pemateri. hal itu menurut Ibu Erni, Kepala SDM Harian Fajar, merupakan kebiasaan buruk bagi seorang wartawan. Satu masukan yang harus ditindak lanjuti.
Gedung Graha Pena, Makassar |
Pelatihan yang berlangsung selama 4 hari, Rabu-Kamis (26-29/1/2011),lalu. Jujur, kegiatan ini memberikan warna tersendiri, untuk menuliskan gagasan. Ternyata, metode penulisan berita, tak hanya dengan rumusan baku 5 W +1 H, lebih dari itu, akurasi data,serta bagaimana seorang wartawan merekonstruksi kembali realitas (Peristiwa) menjadi tulisan, merupakan hal terpenting untuk menuliskan berita.
Selain itu, integritas, profesionalisme yang dibingkai Kode Etik jurnalistik (KEJ) menjadi acuan dasar wartawan dalam proses mencari, mendapatkan, mengelolah, menuliskan, dan menpublikasikannya di media, menjadi hal penting untuk di miliki wartawan.