Radio Suara Daya Indah (SDI) Eksis Dengan Kreatifitas dan Kerja Keras
Tak hanya itu, pengelola pun harus
memahami keinginan para pendengar, serta mengikuti perkembangan musik,
baik lagu Indonesia, juga konten lokal , yakni lagu bernuansa daerah,
terutama lagu daerah Bugis dan Makassar.
Bagaimana kiat Radio Suara
Daya Indah (SDI) Bone, tetap eksis di usianya yang ke 25 tahun?
Radio
Suara Daya Indah (SDI) Bone mengudara pertama kalinya pada 17 Juli
1987, hingga kini masih eksis di tengah-tengah ruang pendengarnya di
Bumi Arung Palakka. Awalnya, memilih jalur gelombang 1368 AM. Mengikuti
perkembangan, pada 2003 radio ini pun beralih dari gelombang 1368 AM ke
gelombang 104,4 FM.
Radio yang memiliki tagline medianya Bone ini,
studio radionya pertama kali berada di Jalan MH Thamrin, Watampone. Akan
tetapi, setahun lalu, radio ini menempati kantor sekaligus studionya
yang baru di Jalan Andi Massakirang, Kelurahan Tibojong, Kecamatan
Tanete Riattang Timur.
Walaupun menggarap segmen di segala usia, radio
ini tidak mengesampingkan nilai-nilai budaya setempat, yaitu dengan
menghadirkan konten lokal dalam program-programnya. Bahkan, konten lokal
itu menjadi program unggulan. Selain itu, SDI juga mengikuti
perkembangan musik maupun lagu Indonesia, tetapi tetap menghadirkan lagu
bernuansa daerah, terutama lagu daerah Bugis dan Makassar.
Program colak-colek misalnya. Para pendengar
dapat berpartisipasi dalam program ini, selain bisa memesan lagu daerah
Bugis-Makassar kesukaannya, pendengar juga dapat saling bertukar sapa,
yang diselingi candaan."Dua penyiar berduet dengan menggunakan bahasa
Bugis dalam program colak-colek ini,"kata Veronika Hamid, General
Manager (GM) radio ini, Jumat, 3 Agustus.
Siaran reguler radio ini, on air pada pukul
06.00 wita hingga pukul 24. 00 wita. Khusus di ramadan ini, radio SDI
on air siaran sahur, yakni pada pukul 2 dini hari, hingga Pukul 05.30
wita. Kemudian dilanjutkan dengan siaran reguler seperti biasanya. Dan
mengahdirkan Konsep musik lagu pop indonesia, lagu dangdut, lagu daerah
Bugis-Makassar, dan sesekali diselipkan lagu barat atau manca negara.
Dalam ramadan ini, ada program dialog ramadan,
para pendengar dapat berinteraktif maupun bertanya kepada ustadz
terkait permasalahan agama. Selain itu, ada program salam sahur, dimana
dalam program ini, radio SDI bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten
(Pemkab) Bone menghadirkan kuis kepada pendengar radio ini.
Diakui Veronika, dalam perkembangan
teknologi komunikasi saat ini, dibutuhkan kreatifitas pengelola radio,
agar radio itu tetap eksis. Pasalnya, kata dia, banyaknya penilaian
orang bahwa yang bekerja di radio itu bawaannya atau kerjanya itu
santai. Kenyataannya, ujar Veronika, tak semudah orang bayangkan, karena
dibutuhkan kerja keras dan kreatifitas dalam mengelolanya.
Pengelola radio sendiri, harus peka
terhadap keinginan pendengarnya. Radio SDI misalnya, yang dulunya
memakai gelombang AM, karena tuntutan pendengar, maka radio swasta milik
Freddy Abdul Halik Hamid ini harus beralih dari gelombang AM ke
gelombang FM. Sehingga, radio ini pun memiliki tagline,"Medianya Bone".
Maksud tagline itu, apa yang menjadi kesukaan orang Bone ada di radio
ini."Kita harus dinamis dan peka terhadap perubahan dan tanggap dengan
keinginan masyarakat itu sendiri,"jelasnya.
Veronika, General
Manager Radio SDI ini mengatakan, radio tak sekadar menjadi media
hiburan, tetapi diharapkan dapat memberikan pencerahan bagi
pendengarnya. Bahkan, diyakininya, radio akan tetap eksis. Diakuinya,
walaupun teknologi media komunikasi semakin canggih, akan tetapi siaran
radio masih memiliki tempat bagi masyarakat. Apalagi, kata dia, dengan
banyaknya ponsel yang dilengkapi dengan pesawat radio.
Dia mengatakan, 25 tahun merupakan
sebuah perjalanan panjang bagi radio SDI ini, yang juga stasiun radio
anggota dari Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia (PRSSNI)
ini. Menurutnya, eksisnya sebuah radio itu, termasuk SDI , tidak
terlepas dari adanya pembinaan sumber daya manusia (SDM) pada radio
tersebut. Dan pembinaan SDM itu dilakukan terus menerus untuk bisa
menjawab persaingan maupun perkembangan media, khususnya media
radio.Selain itu, tidak terlepas dari pengiklan, yang menjadikan radio
SDI sebagai partner dalam mempromosikan usaha mereka.
Terkait pemberitaan, pihak SDI menyiarkan
berita bekerjasama dengan KBR68H di Jakarta untuk produksi berita yang
disebarluaskan melalui jaringannya. Menurutnya, radio SDI diharapkan
juga dapat memberikan tak sekadar hiburan lagu semata, akan tetapi bisa
memberikan informasi dan pencerahan bagi pendengarnya terutama
masyarakat di Kabupaten Bone. Menurutnya, jangkauan pemancar radio SDI
itu selain di Bone, mencakup hingga di Kabupaten lain yang berbatasan
dengan Bone, seperti Kabupaten Sinjai, Sengkang, dan Soppeng. Bahkan,
ada pula pendengar yang berasal dari Kolaka, Sultra.
Salah seorang pendengar setia radio
SDI, Farhan misalnya. Warga Jalan Lapatau Dalam, Watampone ini,
mengaku, senang dengan program yang dihadirkan radio yang masih eksis
hingga kini di Bumi Arung Palakka ini. Apalagi program konten lokalnya,
yang menghadirkan lagu-lagu daerah baik lagu daerah Bugis maupun lagu
daerah Makassar. "Saya senang mendengarkan lagu daerah di radio ini,
dan radio ini masih tetap eksis hingga sekarang di daerah ini,"ujarnya.