Kiprah BSB Melayani Masyarakat
MELAYANI 24 JAM, TANPA KENAL LELAHTidaklah sulit menemukan markas Brigade Siaga Bencana (BSB) Kabupaten Bantaeng. Pasalnya, markas ini letaknya strategis, berada di jalan poros Provinsi, Jalan Pahlawan No.55,Kelurahan Bontosunggu, Kecamatan Bissappu. Tak hanya itu, jika kita memerlukan bantuan medis, tinggal menghubungi call center 113. Mereka pun segera tiba.
Laporan : Edy Arsyad
BONTOSUNGGU---Di depan markas BSB, terpampang Sebuah pamflet ukuran 2 x 3 Meter, dengan tulisan, "Emergency Service Kabupaten Bantaeng", dilengkapi pula nomor call center 113 /0413-22724. Sejumlah mobil ambulance berjejer dengan armada pemadam kebakaran (Damkar), bahkan speed boat pun ada disana. Semuanya itu, stand by di lokasi ini.Tampak pula sejumlah orang bercengkrama antar sesama anggota yang tergabung di BSB, sembari menunggu kabar dari operator call center, jika suatu waktu mereka dibutuhkan. Bahkan siang itu, satu unit ambulance dari BSB sedang melintas dengan gauman sirene, mereka pun sedang mengevakuasi pasien, dari salah satu desa di butta toa ini yang butuh penanganan medis sesegera mungkin dari pihak Rumah Sakit.
BSB sendiri, terbagi dari sejumlah unit. Diantaranya Pemadam Kebakaran, bantuan medis, Search And Rescue (SAR),Palang Merah Indonesia (PMI), hingga Taruna Tanggap Bencana (Tagana). Mereka pun satu atap,yang dibina Dinas Sosial dan Tenaga Kerja, Dinas Kesehatan serta Bapedalda Kabupaten Bantaeng. Bupati Bantaeng, H M Nurdin Abdullah, yang menjadi pelindung dalam organisasi ini, sedangkan koordiantor umumnya,Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Kabupaten Bantaeng, Dr Hj Takudaeng M Kes.
Menurut penanggung jawab unit medis, Dr A Ihsan, keberadaan emergency servis ini, mendapatkan sambutan hangat dari masyarakat butta toa. Tak hanya itu, Kata Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kabupaten Bantaeng ini, Banyak hal positif dengan adanya emergency servis ini, diantaranya kuatnya ikatan emosional diantara kami yang tergabung dalam BSB ini," Di BSB tak hanya unit medis semata, tetapi ada dari Damkar, Tagana. Dan kami harus stand by 24 jam, tanpa mengenal waktu, baik pagi, malam maupun dinihari, kami harus melayani pasien,"ujarnya.
Ia menambahkan, suka dan dukanya selama menangani pasien, yakni sukanya jika kita mampu memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, terutama disaat mengunjungi pasien masyarakat dalam level taraf ekonomi yang rendah. Kami tidak pernah melihat strata sosial mereka, yang pastinya Mereka membutuhkan bantuan medis dengan menghubungi call center, kami melayaninya.
"Senang bila melihat keluarga pasien sangat respon dan senang dengan kehadiran kami. Begitu juga dengan kami, yang merasa senang. Pada dasarnya pelayanan kami, tidak melihat status sosial mereka, apakah miskin atau kaya. Sama saja pelayanan kami,"katanya.
Namun dibalik suka, pasti ada dukanya ?, Menurutnya Dukanya menjadi bagian dari Emergency Service, bila ada penelpon yang iseng yang menghubungi call center. Tetapi, sesampainya ke lokasi yang dimaksud penelpon, ternyata hanyalah fiktif belaka. Untuk itu, mengantisipasi kerap adanya penelpon iseng. pihaknya terus berkoordinasi dengan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) setempat untuk chek kebenarannya.
Tak hanya itu, ia menjelaskan Sistem pelayanan di BSD, karena tidak semua pasien yang menelpon, kami evakuasi ke Rumah Sakit, akan tetapi melihat dulu hasil diagnosa dari dokter, kalau bisa ditangani di lokasi maka kami menangani secara langsung. Namun, jika membutuhkan penanganan medis yang lebih, maka kami evakuasi ke Rumah Sakit. Di BSD sendiri, 3 Shift jaga selama 24 jam non stop. Setiap shift satu dokter jaga dan dua perawat. Jumlah keseluruhan dokternya sekira 20 orang dan perawatnya 10 orang, serta sopir ambulance berjumlah lima orang, dan tiga diantaranya adalah sopir cadangan yang selalu stand by di markas.