Balla Lompoa Ri Lantebung Kerap Dikunjungi Warga untuk Melepas Nazarnya
Bantaeng tak hanya memiliki berbagai objek wisata alam. tapi juga memiliki sejumlah bangunan tua yang memiliki nilai sejarah.
EDY ARSYAD, Bantaeng
Siang itu, penulis berkunjung kesalah satu bangunan yang memiliki sejarah kerajaan Bantaeng, Balla Lompoa riLantebung. Bangunan yang terletak terletak di Jalan Bolu, Kampung Lantebung, Kelurahan Letta, Kecamatan Bantaeng. Dinamakan Lantebung (Ilalang) karena di kampung tersebut, banyak ditumbuhi ilalang liar. Balla Lompoa Ri Lantebung merupakan kediaman seorang raja pada zaman kerajaan di Butta toa, yakni Karaeng Pawiloi yang memimpin kerajaan Bantaeng, pada Tahun 1912 - 1947.
Bangunan itu, berbentuk rumah panggung yang terbuat dari kayu. Ia memiliki Tiga jendela di depannya, yang dibiarkan terbuka. Sementara tangganya terletak di sisi kanan bangunan itu. Atapnya bercat Merah, dan di ujungpuncak bubungan atap terdapat ukiran Naga, sebagai penanda status sosial. Di Pucak bubungan atap bagian depan merupakan kepala Naga sedangkan dibelakangnya adalah ekornya.
Balla Lompoa sendiri dalam bahasa Makassar, berarti rumah besar atau rumah kebesaran, yang berfungsi sebagai kediaman pribadi atau rumah jabatan raja pada jamannya dan puast pemerintahan. Namun seiring dengan perjalananwaktu, Balla Lompoa ri Lantebung sudah termakan usia. Dan sejak tahun 2005, dilakukan rekonstruksi yang dilakukan oleh sejumlah anak keturunan Karaeng Pawiloi.
Salah seorang keturunannya, A Rakhmad AB Kr Dode, menjelaskan bangunan Balla Lompoa itu merupakan rumah pribadi Karaeng Pawiloi, sedangkan yang berdirih kokoh sekarang merupakan hasil rekonstruksi. Hal ini dilakukan karena bangunannya sudah termakan usia. ,"Pada hari Minggu, bulan Juli, sejumlah anak keturunan raja merekonstruksi balla lompoa tersebut,"ujarnya saat ditemui di kediamannya, kemarin.
Sehingga, Balla Lompoa itu sendiri,kata A Rakhmad, sudah ditergantikan dengan bangunan baru, akan tetapi arsitektur bangunannya tetap sama. Sementara Balla Lompoa Ri Lantebung sendiri, diperkirakan dibangun sekitar tahun 1805. Untuk ukurannya panjang dan lebarnya, sekitar 8 x 12, dan ukuran bangunan rekonstruksi yakni 11 x 12 Meter.
Keistimewaan Balla Lompoa ini,lanjutnya, karena menyimpan koleksi benda-benda berharga yang mempunyai nilai sejarah kerajaan Bantaeng. Ia merinci sejumlah benda pusaka dan benda kebesaran kerajaan Bantaeng yang masih tersimpan hingga kini, "Sebuah patung (Arajang) terbuat dari emas, 1 pasang gelang tangan yang juga terbuat dari emas, bendera kerajaan yang berwarna Hitam, sebilah taji yang diberi nama "Tajina limpoa", serta sebilah badik yang diberi nama "Pasang timpo emas", satu tombak bernama "Lo'moka", serta 8 pucuk senapan peninggalan kerajaan dan benda pusaka lainnya,"urainya.
Namun benda pusaka dan kebesaran kerajaan Bantaeng itu,lanjutnya, tidak sembarangan dapat melihatnya. Hanya juru kunci saja. Sementara anak keturunan raja sendiri,tidak boleh melihatnya," Hingga kini, kami sebagai anak keturunan tidak pernah melihat sejumlah pusaka tersebut. Hal itu, karena kesakralannya, serta himbauan orang tua kami untuk tidak melihatnya,hanya Pinati (Juru Kunci) saja yang bisa melihatnya,"Ungkapnya.
Sementara itu, salah seorang juru kunci Balla Lompoa, Daeng Muna, menjelaskan, bahwa Balla Lompoa di jadikan sebagai tempat pementasan adat. Tak hanya itu, ia kerap di datangi sejumlaH warga Bantaeng untuk melepaskan nazarnya, apabila telah terkabulkan,"Ada orang berniat jika nadzarnya terkabulkan, akan mengunjungi Balla Lompoa,". Tak hanya itu,lanjutnya, Balla Lompoa juga kerap dikunjungi para mahasiswa yang sedang meneliti tentang kebudayaan, bahkan dari Dinas Pariwisata di Jakarta pernah berkunjung kesini.