Menyelusuri Kehidupan Lesbian di Makassar

Edy Arsyad 14 min read
     
     















Malam kian larut, sekira pukul 22.00 wita, Kamis malam, 30 Oktober, di salah satu mini market yang berada di tengah kota, terdapat tiga lesbian yang sedang asyik bercengkrama dalam satu meja.





Ketiganya pun asyik bercengkrama, tak lama berselang, sekitar setengah jam kemudian, datanglah empat orang lainnya dengan menggunakan dua sepeda motor.

Keempatnya pun langsung bergabung. Mereka bercengkrama dan bercerita satu sama lainnya, sesekali di antara mereka pun menghisap rokok.

Satu di antara mereka, berkenalan dengan penulis. Melati, 21 tahun, mahasiswi salah satu perguruan tinggi negeri di Makassar. Stylenya sangat maskulin.

Setelah mengetahui maksud kedatangan Penulis,  ia pun mau diwawancarai asal identitasnya disamarkan."Oke, boleh diwawancarai, asal jangan tulis nama asli saya yah,"ujarnya.

Melati pun menceritakan awal mulanya ia  menyadari ada hal berbeda di dalam dirinya saat ia duduk kelas III Sekolah Menengah Atas (SMA). Bermula pada saat itu, ia sakit hati terhadap cowoknya. "Saya sempat pacaran, tapi putus.  Itulah yang membuat saya sakit hati, waktu itu Oktober 2009 lalu,"bebernya.

ILUSTRATION/INT
Di saat ia merasakan sakit hati itulah, Melati mengaku kerap mencurahkan perasaannya dengan kenalannya yang juga seorang lesbian. Yah, dari mulai dari perhatian yang diberikan dan memberikan semangat, sehingga ia pun merasa nyaman bersama kenalannya tersebut."Disitulah awal mulanya menjadi belog (lesbian, red). Saya pun merasa nyaman jalan sama dia dan saya seorang Butchy,"urainya.

Ia menjelaskan, Butchy itu merupakan deskripsi dari seorang lesbian yang maskulin. Butchy sendiri, ujarnya, yang  laki-lakinya. Sedangkan Femme,  itu adalah perempuannya. Sementara andro, agak bersifat maskulin, namun tidak terlalu menampakkan.

Dalam komunitas belog sendiri, ada butchy yang mencintai butchy, demikian halnya femme yang mencintai femme. Tak hanya itu, ada pula yang disebut no label, yaitu mencintai sosok butchy, andro, atau juga seorang cowok.

Dia mengisahkan, seiring perjalanan waktu,  ia sudah melupakan cowoknya  dan merasa nyaman serta berbaur dengan komunitas lesbi. Melati pun mengaku menjalin hubungan dengan seorang Femme (sebutan bagi perempuannya, red) selama dua tahun lamanya.

Namun, belum lama ini ia putus dengan pacarnya tersebut. "Saat ini memang saya lagi galau, sehingga saya pun ngumpul bareng teman-teman di sini,"kata dia, sembari tersenyum kepada Penulis dan sesekali menghembuskan asap rokoknya.

Di tengah keasyikan menceritakan kisahnya, salah seorang rekan Melati pun menghampiri kami berdua ,sembari berujar kepada Melati. "Sudah "lurus" yah,"kata salah seorang rekan melati.

Melati pun menjelaskan maksud perkataan temannya itu. Menurut Melati, temannya tersebut mengira, dirinya sudah normal dan mencintai seorang pria, apalagi melihat dirinya dengan seorang pria. "Jadi kata "lurus" itu adalah istilah dalam komunitas belog, di mana butchy kembali normal dan mencintai seorang pria,"bebernya.

Hingga saat ini, kata Melati, ia menempuh pendidikan  di salah satu perguruan tinggi negeri. "Saya sudah semester tujuh kak,"sembari memperlihatkan Kartu Tanda Mahasiswa (KTM)- nya.  

Melati mengakui, dapat membagi waktu antar kuliah dan berkumpul dengan komunitas lesbian lainnya di sejumlah tempat yang memang menjadi tempat tongkrongan komunitas ini di Makassar. "Jadi saya tidak tiap hari ngumpul, saya hanya ngumpul bareng teman-teman kalau besok tidak ada kuliah di kampus,"jelasnya.

Komunitas belog sendiri, memang terkesan agak tertutup dengan komunitas lainnya. Tetapi, jelas dia, itu  dikembalikan ke pribadi masing-masing. Melati sendiri mengaku "welcome" dengan komunitas lain di luar dari komunitasnya, asalkan selama itu saling menghargai."Kalau saya sih, orangnya terbuka saja,"kata Melati.




Menurutnya, saat lagi berkumpul itulah, ia dan rekannya banyak membahas, baik itu persoalan keseharian yang dialami, masalah sekolah atau perkuliahan, bahkan persoalan asmara, atau keluarga. "Namun, yang bersifat privacy itu, seperti curhat persoalan hati dan keluarga, biasanya saya curhat kepada orang-orang yang dipercaya saja,"kata Melati.
Saat ditanyakan, apakah orangtuanya mengetahui perubahan dirinya itu. Melati mengaku, ibunya sendiri sudah mengetahui, namun ia terkesan "pura-pura tidak tahu". "Ibu saya tentu mengetahui perubahan yang saya alami itu, namun seperti pura-pura tidak tahu saja,"jelas mahasiwi yang kini duduk di semester VII ini.
Di saat asyiknya menceritakan kisanya itu, kembali salah seorang rekan Melati menghampiri kami berdua. Rekannya itu tersebut, mengajak Melati untuk keluar bersama rekan-rekannya yang lain dengan menggunakan sepeda motor. Melati pun pamit dan mengakhiri kisahnya.
Edy Arsyad
Edy Arsyad Seorang Pembelajar & Suka Melipir. Terus mengembangkan keterampilan penulisannya.
Posting Komentar