0
On this Article
Home  ›  Tidak Ada Kategori

Belajar Bersama Pengurangan Risiko Bencana

Rawan Longsor, Perlu Sinergi Semua Pihak



PENGURANGAN risiko bencana perlu menjadi gerakan sosial. Karena itu, Sekolah Rakyat Petani (SRP) Payo-Payo Makassar menggelar "Belajar Bersama Pengurangan Risiko Bencana." Acara tersebut digelar dengan melibatkan kalangan jurnalis, baik media cetak maupun elektronik di Sinjai. Acara yang berlangsung dua hari itu berakhir kemarin.

Oleh: Edy Arsyad, Sinjai

Kegiatan ini merupakan tindak lanjut diskusi bincang media dalam pengurangan risiko bencana yang digelar minggu lalu. Belajar bersama ini menghadirkan instansi terkait dalam penanganan dan penanggulangan bencana. Yakni Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sinjai dan Kantor Pengendalian Dampak Lingkungan dan Pertambangan (Kapeldatam) Sinjai. Diskusi digelar di Warung Kopi (Warkop) Karampuang. Selain dihadiri jurnalis, hadir pula mahasiswa dan pemerhati alam.

Staf Kapeldatam, Jamadi Yasin, mengungkapkan, bencana longsor di Sinjai sudah sering terjadi. Terutama di desa yang terletak di Kecamatan Sinjai Barat. Hal itu, kata dia, disebabkan faktor alam dan faktor manusia. "Faktor alam karena daerah sinjai secara geologi disusun oleh batuan beku yang berada di pegunungan," ungkapnya.

Untuk faktor manusia, kata dia, juga berpengaruh. Sebab, kebiasaan manusia merusak alam dan lingkungan menjadi pemicu terjadinya longsor.

Dia menambahkan, penyebab longsor di Sinjai antara lain karena kemiringan lereng lebih dari 20 derajat. Karena itu, ketika curah hujan abnormal, bisa menjadi pemicu longsor. Ia mencontohkan, saat longsor pada 2006 di Sinjai, curah hujan saat itu 250 mm. Pemicu lainnya, adalah getaran seismic di Sinjai, terutama di bagian tengah, tepatnya di ujung selatan sesar aktif Walanae.

Selain itu, ia merinci gejala secara umum apabila akan terjadi longsor. Di antaranya pada daerah aliran air sungai muncul retakan-retakan, mata air muncul secara tiba-tiba, serta air sumur di sekitar lereng menjadi keruh dan tebing rapuh. Juga, kerikil mulai berjatuhan dan terdapat retakan tapal kuda pada bagian atas tebing, serta banyaknya mata air atau rembesan air pada tebing.

Dari salah satu atau lebih gejala itu, katanya, sejumlah desa yang tersebar di sejumlah Kecamatan di Sinjai, masuk kategori rawan longsor. Di antaranya, di Kecamatan Bulupoddo terdapat delapan titik kawasan yang rawan longsor, khususnya di tiga desa, yaitu Desa Tompobulu, Lamattiriattang dan Duampanua. Juga ada tujuh titik di Kecamatan Sinjai Barat, yakni di enam desa, yaitu Desa Tassililu, Barania, Bontosalama, Arabika, Turungan Baji, dan Gunung Perak.

Sementara, di Kecamatan Sinjai Borong terdapat enam titik yang tersebar di Desa Barambang, Bijinangka, Batubulerang dan Bontokatute. Kecamatan Sinjai Selatan, ada sepuluh titik, khususnya di Desa Palangka, Songing, Talle, Aska dan Sangiaseri. Di Sinjai Tengah, 11 titik rawan di sejumlah desa. Antara lain Desa Kompang, Songing, Kanrung, Saotanre, Bonto, Patongko, Mattunrungtellue dan Samaenre. Dan di Kecamatan Sinjai Timur terdapat empat titik di Desa Kampala, Lasiai dan Panaikang.

Kepala Seksi Pencegahaan BPBD, Bahari, menjelaskan, keberadaan BPBD di Sinjai mempunyai peranan penting dalam penanganan dan penanggulangan kebencanaan. BPBD, lanjut Bahari, mempunyai peran yang strategis sebagai pusat koordinasi kepada stakeholder atau pihak terkait penanggulangan bencana saat terjadi bencana, "Jadi tidak hanya saat terjadinya bencana, pra dan pascabencana pun BPBD masih berperan penting dalam upaya dan langkah pencegahan bencana," ungkapnya.

Dia menambahkan, sebelum bencana, BPBD melakukan identifikasi daerah rawan bencana dan manajemen bencana yang berfungsi sebagai usaha meminimalisasi dampak yang lebih besar. Sedangkan saat terjadinya bencana, BPBD ikut serta dalam penyelamatan sejumlah korban bencana, pengendalian krisis centre, serta pendistribusian kebutuhan para korban, dan pencegahan wabah penyakit saat terjadi bencana.

Peran serta dari sejumlah elemen, kata Bahari, sangat di harapkan. "Kami tidak bisa bekerja sendiri," ujarnya. Ke depan, lanjutnya, pihaknya berencana membentuk forum relawan penanggulangan bencana. Yang terdiri dari LSM, Tagana, PMI , media dan sejumlah elemen yang terlibat dalam penanggulangan bencana. (*)

http://beta.fajar.co.id/read-20110419162318-belajar-bersama-pengurangan-risiko-bencana
Posting Komentar
Search
Menu
Theme
Share
Additional JS