0
On this Article
Home  ›  Tidak Ada Kategori

sebuah renungan hidup

Berprofesi pemulung bukanlah pilihan dalam hidupnya

Seorang bocah yang lugu, Kamaruddin, siswa di salah satu Sekolah Dasar (SD) di Makassar tak seperti kebanyakan Anak-anak se usianya. Di usia yang masih bau kencur tersebut, harus diperhadapkan dengan kerasnya kehidupan, menjadi seorang pemulung.

Profesi yang dilakoni oleh buah hati pasangan Rusli & Karmila ini, kerap kali mendapatkan cibiran dari rekan sekolahnya. "Perasaan malu ada pada diriku yang berprofesi sebagai pengumpul air gelas mineral yang di buang di jalan, tapi apa boleh buat, itu merupakan kehidupan yang aku harus aku jalani" demikian ungkapnya polos, disela-sela istirahatnya, disaat aku bercengkrama dengannya.

Setidaknya dengan menjadi pemulung telah membantu per ekonomian keluarganya, menjadi alasan untuknya menjadi pemulung. Ayahnya, hanyalah seorang penjual pisang yang pendapatannya tidak seberapa bila dfbandingkan harus menghidupi ke tiga anaknya. bermodal karung bekas Ia pun menyelesuri sejumlah pusat keramaian di Makassar, seperti Mall Panakkukang, yang berjarak sekira 2 kilo dari huniannya.

Usai sekolah. Pun, siswa kelas 1 ini bergegas menggais rejeki dari perjalanan menyelusuri setiap sudut kota. Walaupun tak mengenakan sendal jepit, Pria yang bercita-cita kalau dewasa ingin menjadi tentara ini, berjalan diatas panasnya aspal.
Posting Komentar
Search
Menu
Theme
Share
Additional JS